TATOR, PEDOMANINDONESIA – Proyek rekonstruksi Jalan Poros Palesan – Buakayu di Tana Toraja kini menjadi sorotan tajam. Masyarakat menduga pengerjaannya dilakukan secara asal-asalan dan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis (bestek) yang ditetapkan.
Dugaan ini diperkuat dengan pengakuan warga yang menyebutkan adanya ketidaksesuaian material dan metode kerja di lapangan.
Salah seorang warga setempat berinisial AS yang ditemui di lokasi pada Rabu (08/10/2025) mengungkapkan kekecewaannya.
“Proyek ini kita menduga dikerja asal-asalan. Menurut info yang saya dapat, katanya harus menggunakan bor pile, namun di lapangan tidak ada bor pilenya,” kata AS.
Selain itu, AS juga menyoroti kedalaman penggalian yang dinilainya dangkal serta dampak negatif terhadap pengguna jalan.
“Kedalaman penggalian juga mungkin hanya beberapa meter dan juga mengganggu pengguna jalan pada saat musim hujan karena sebagian materianya masuk di bahu jalan,” tambahnya.
AS berharap besar agar Pemerintah Kabupaten Tana Toraja melalui dinas terkait segera turun tangan.
“Harapan kita agar pemerintah kabupaten Tana Toraja melalui dinas yang terkait turun lapangan mengecek proyek tersebut, karena kalau kualitasnya tidak sesuai, yang dirugikan kami sebagai penerima manfaat,” ungkapnya.
Menanggapi lambatnya progres dan dugaan kualitas pengerjaan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tana Toraja, Kristian Sakkung, telah memberikan ultimatum kepada kontraktor pelaksana.
Proyek rekonstruksi jalan yang menelan anggaran kurang lebih 1,6 miliar ini menjadi perhatian serius BPBD selaku penanggung jawab.
“Kemarin di ultimatum dari kejaksaan, kalau proyek tersebut tidak dikerja maksimal maka pendampingan dari kejaksaan diputuskan,” jelas Kristian Sakkung saat ditemui di ruang kerjanya.
Peringatan tersebut disampaikan oleh Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Tana Toraja saat pertemuan penandatanganan fakta integritas.
BPBD Tana Toraja bahkan mengaku menunda pencairan termin pertama karena progres pekerjaan yang tidak mencapai target.
“Kami berharap agar proyek ini di minggu ini harusnya progres pekerjaan sudah mencapai 50% supaya kami mencairkan dana termin pertamanya, namun kenyataan di lapangan baru sekitar 27% sehingga kami tidak mencairkan dana termin pertamanya,” tegasnya.
Kristian Sakkung juga menyebutkan bahwa proyek Palesan – Buakayu merupakan yang paling lambat di antara empat item pekerjaan yang sedang dikerjakan. BPBD menilai bahwa lambatnya progres ini berpotensi menyebabkan keterlambatan dan menimbulkan masalah kualitas yang tidak sesuai.
Terkait dugaan tidak digunakannya bor pile, Kristian Sakkung juga mengamini adanya ketidakjelasan.
“Proyek tersebut harus menggunakan bor pile, namun kenyataan di lapangan bor pile-nya tidak ada,” jelasnya.
Ia menambahkan,
“Kata kontraktornya bor pile-nya sudah ada di lapangan, namun info dari masyarakat sekitar katanya tidak ada bor pile di lapangan, nah ini mi semua yang jadi kendala.” Jelasnya.
Kristian juga menjelaskan, bahwa pihak BPBD bersama Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kajari telah memberikan teguran keras agar kontraktor segera memperbaiki kualitas pengerjaan.
Ia pun berharap kontraktor dapat bekerja secara maksimal sesuai bestek agar manfaat jalan ini dapat dirasakan optimal oleh masyarakat.